Rabu, 17 April 2013

PENDEKATAN SITUASIONAL (KONTINGENSI) SEORANG MANAJER



 A. KONSEP KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEORANG MANAGER
           Makna kata “kepemimpinan” erat kaitannya dengan makna kata      “memimpin”. Kata memimpin mengandung makna Yaitu kemampuan untuk      menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat  dikatakan amat mnentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara individual maupun kelompok, tidak mungkin dapat bekerja    sendirian. Pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain, yang    digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan     pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang, efisien, efektif, ekonomis dan produktif.
     Dengan kata lain seorang pemimpin harus menunjukkan kemampuan   untuk:
ü  Pemegang kemudi organisasi yang cekatan dengan jalan membawa organisasi ke tempat tujuan yang ditetapkan sebelumnya tanpa melalui terlampau banyak penyimpangan (detour) yang jika terjadi dengan frekuensi yang tinggi akan mengakibatkan pemborosan dan inefesiensi.

ü  Berperan selaku katalisator yang mampu meningkatkan laju jalannya roda organisasi yang diharapkan terjadi atas dalil “deret ukur” dan bukan “deret hitung”.

ü  Peranan selaku “bapak” terutama di kalangan anggota organisasi. Sering dalam organisasi baik organisasi swasta maupun pemerintahterdengar istilah “keluarga besar”, hal ini menunjukkan bahwa dalam organisasi tersebut telah terjalin hubungan emosional kekeluargaan yang kondusif dan hangat.

 B. GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEORANG MANAGER
           Gaya Kepemimpinan seorang manajer beragam macamnya. Gaya   Kepemimpinan Situasional merupakan pendekatan yang sangat    efektif, untuk meningkatkan kreatifitas seorang manajer dalam    menghadapi suatu masalah tergantung situasi yang dihadapi. Gaya kepemimpinan situasional adalah perilaku dan gaya kepemimpinan bersifat situasional. Dimana pimpinan atau seorang manajer harus menyesuaikan responnya menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan karyawan, serta memberikan sejumlah pengarahan dan   dukungan yang bersifat sosioemosional. Gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat, yaitu pengambilan keputusan cepat, dapat   memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan   keteraturan bagi bawahan. Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi atau memberi motivasiorang lain atau bawahan agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan organisasi. Cara ini mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya, dan merupakan gambaran gaya kepemimpinannya.Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat      (”managers are people who do things right and leaders are people     who do the right thing, “). Kepemimpinan memastikan tangga yang   kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen   mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin. Setiap orang memiliki bakat sendiri-sendiri. Setiap orang juga memiliki kemampuan untuk bisa bergerak maju mendapatkan apa yang mereka mau, dan juga apa yang diinginkan oleh organisasi. Pemimpin sejati memberikan dorongan dari belakang, tetap mengarahkan agar sesuai tujuan, dan mampu memastikan bahwa orang-orang di dalam organisasi bekerja sesuai dengan arah dan strategi yang telah ditetapkan. Perilaku kepemimpinan memiliki ciri-ciri pokok, yaitu:
ü  perilaku instruktif; komunikasi satu arah, pimpinan membatasi peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.

ü  perilaku konsultatif; pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan supportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan tentang pengambilan keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.

ü  perilaku partisipatif; kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan dan bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalam pemecahan dan pengambilan keputusan makin bertambah.

ü  perilaku delegatif; pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya. kepada bawahan, bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri Dimanapun posisinya, dan apapun perannya akan tetap saling mendukung dan menopang.

     Ada empat respon kepemimpinan yang sering diterapkan yaitu :
1.      Memberikan arahan yaitu kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan   respon kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada     kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas    yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey and Blancard      menyarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi, member saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, tanpa   mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara pimpinan dan bawahan.

2.      Bersahabat (Friendly) yaitu pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus memproporsikan struktur tugas dengan tanggungjawab karyawan. Selain itu, manajer harus menemukan hal-hal yang menyebabkan karyawan tidak termotivasi, serta masalah-masalah yang dihadapi karyawan. Pada kondisi karyawan sudah mulai mampu mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik, akan memicu perasaan timbulnya over confident. Kondisi ini, memungkinkan karyawan menghadapi permasalahan baru yang muncul. Masalah-masalah baru yang muncul tersebut, seringkali menjadikannya putus asa. Oleh karena itu, setelah memberikan pengarahan, manajer harus memerankan gaya menjual. Dengan mengajukan beberapa alternatif pemecahan masalah.

3.      Setia Kawan (Kebersamaan) yaitu gaya kepemimpinan ini adalah respon manajer yang harus diperankan ketika tingkat kemampuan karyawan akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab, karena ketidakmauan atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan mendukung usaha-usaha yang dilakukan para bawahan/pengikutnya.

4.      Tegas yaitu pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah.

 C. Implementasi Pendekatan Situasional Seorang Manajer
           Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi   pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan  dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional. Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat   bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan situasional bukan hanya merupakan hal yangpenting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena      kepemimpinan, tetapi membantu pula cara pemimpin yang potensial      dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang      bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang     tepat berdasarkan situasi. Peranan pemimpin harus dipertimbangkan dalam hubungan dengan situasi dimana peranan itu dilaksanakan.              Pendekatan situasional dalam kepemimpinan mengatakan bahwa      kepemimpinan Dalam implementasinya, pendekatan yang dilakukan   akan berdampak positif dan bersifat tepat sasaran. Walaupun organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang   tinggi.Disarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu,tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara    atasan dan bawahan. Komunikasi dua arah menuntut keahlian   manajemen puncak mencerna informasi yang disampaikan para manajer dan karyawan, terutama keluh kesah mereka (bottom-up) dan     keahlian menyampaikan informasi dari pucuk pimpinan perusahaan ke   seluruh manajer dan karyawan (top-down). Sementara itu,komunikasi tatap muka menuntut manajemen puncak meluangkan waktuberkunjung ke lokasi kerja manajer dan karyawan.
           Kunjungan ini   sangat bermanfaat bagi kelancaran    komunikasi dua  arah, serta memompa semangat kerja manajer dan karyawan ditentukan tidak oleh sifat kepribadian individu-individu, melainkan oleh persyaratan situasi sosial. Dalam   kaitan ini Sutisna menyatakan bahwa “kepemimpinan” adalah hasil dari hubungan-hubungan dalam situasi sosial, dan dalam situasi berbeda para pemimpin memperlihatan sifat kepribadian yang   berlainan.
           Jadi, pemimpin dalam situasi yang satu mungkin tidak sama dengan tipe pemimpin dalam situasi yang lain dimana keadaan dan      faktor-faktor sosial berbeda. Lebih lanjut Yukl menjelaskan bahwa pendekatan situasional menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik   para pengikut.
           Sementara Fattah berpandangan bahwa keefektifan      kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas,     kekuasaan, sikap dan persepsiDidalam Pendekatan situasional ini,     seorang manajer dituntut keberaniannya mengambil risiko dan   kesediaan menerima kenyataan yang pahit sekalipun. Kesewenang-kewenangan manajemen puncak terhadap manajer dan karyawan dapat dicegah, serta keputusan-keputusan dapat diambil dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak (stakeholder).




    SUMBER ;



KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN


KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

A.    KEPEMIMPINAN MANAJERIAL
                                Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses     pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang      saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi dari definisi tersebut : Pertama, kepemimpinan              menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima       pengarahan dari pemimpin, anggota kelompok membantu menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak relevan.Kedua, kepemimpinan menyangkut  suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan, pemimpin dapat juga menggunakan pengaruh.
                                Para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan           tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan meupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-  orang lain agar dapat bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

B.   GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan terbagi menjadi :
1.               Gaya Manageria Grid Dalam gaya ini manager berhubungan dengan produksi dan orang-orang, disini ditekankan produksi dan hubungan kerja manusianya. Jadi disini bukan ditekankan pada banyak produksi yang harus dihasilkan, dan berapa banyak harus berhubungan dengan bawahannya. Dalam hal ini kualitas keputusan dan kebijakan yang di ambil, memahami proses dan prosedur, penelitian dan kreativitas, memahami kualitas pelayanan sifat, melakukan efisiensi dalam bekerja dan meningkatkan volume hasil. Ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrim sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan ditengah-tengah gaya ekstrim tersebut. Gaya tersebut antara lain : a. Grid 1.1, manajer sedikit melakukan usaha memikirkan orang yang bekerja dengannya, dan produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam hal ini manajer hanya menganggap sebagai perantara yang mengkomunikasikan informasi. b. Grid 9.9, manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan produksi dan orang yang bekerja dengannya. Manajer yang ini dapat dikatakan sebagai “manajer tim”yang riel (the real team manager). c. Grid 1.9, manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. Manajer dapat mencipkakan suasana rilek dalm kerja namun tidak ada satupun orang yang memikirkan tujuan organisasi. d. Grid 9.1, manajer ini menjalankan kepemimpinannya yang otokratis. Manajer seperti ini lebih mengutamakan peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja dan tanggung jawab pada orang yang bekerja dalam organisasinya rendah. e. Grid 5.5, manajer seperti ini mempunyai pemikiran yang medium baik pada produksi maupun pada orang-orang. Target kerja tidak terlampau tinggi, dan berbaik hati mendorong orang untuk bekerja lebih baik.

2.               Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi dari Reddin Dalam gaya kepemimpinan Reddin tiga dimensi tersebut berhubungan langsung dengan efektivitas dalam modelnya. Selain efektivitas Reddin juga melihat gaya kepemimpinan itu selalu dipulangkan dengan dua hal mendasar yaitu hubungan pemimpin dengan tugas dan hubungan kerja. Dengan demikian gaya kepemimpinan Reddin yang cocok dan mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Reddin melukiskan gaya kepemimpinannya menjadi empat persegi empat dalam kotak tengah merupakan gaya dasar dari kepemimpinan seorang manajer. Dari gaya kotak tengah ini seterusnya bisa ditarik ke atas dan ke bawah menjadi gaya efektif dan tidak efektif. Gaya yang Efektif dibagi menjadi empat macam antara lain : a. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. b. Pecinta pengembangan (developer), gaya ini memerikan perhatian yang maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan, c. Otokratis yang baik (Benevolent autocrat), gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas , dan perhatian yang minimum terhadap hubungan kerja. d. Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimum baik tugas maupun hubungan kerja. Gaya yang tidak efektif, dibagi menjadi empat macam antara lain : a. Pecinta kompromi (Compromisser), gaya ini memberikan perhatian besar pada tugas dan hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi. b. Missionari, gaya ini memberikan penenkanan yang maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai. c. Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak sesuai. d. Lari dari tugas (Deserter), gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun hubungan kerja.

3.               Gaya kepemimpinan kontinum Yang pertama mengenalkan adalah Robert Tanenbaum dan Warren Schmdit. Pada intinya di dalam gaya kepemimpinan kontinum ada dua action yang perlu diperhatikan. Yaitu pemimpin menggunakan otoritasnya dalam gaya kepemimpinan dan pemimpin menunjukkan gaya demokratis dalam gaya kepemimpinan. Dari dua gaya kepemimpinan tersebut terdapat aktivitas pengambilan keputusan yang masih dalam struktur kepemimpinan yang otoriter dan demokratis : a. Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya b. Pemimpin menjual keputusan c. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang pertanyaan-pertanyaan d. Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat berubah e. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran, dan membuat keputusan f. Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan g. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pemimpin

4.               Empat Sistem Manajemen dari Likert Menurut Likert bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya “partisipative management”. Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan mendasarkan pada komunikasi. Selain itu semua pihak dalam organisasi (pimpinan dan bawahan) menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung (supportive relationship). Likert merancang 4 sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut: a. Sistem 1, pemimpin bergaya “exploitive-authiritative”. Manajer sangat otokratis, suka mengeksploitasi bawahan dan bersikap paternalistik. b. Sistem 2, pemimpin dinamakan “Otokratik yang baik hati” (benevolent authoritative). Mempunyai kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan. c. Sistem 3, manajer konsultatif. Manajer mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya dalam hal kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan dan masih menginginkan melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya. d. Sistem 4, pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif (partisipative group). Manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya.

        Menurut Likert manajer yang termasuk sistem 4 mempunyai kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin. setiap organisasi yang termasuk sistem manajemen 4 ini adalah sangat efektif di dalam menetapkan tujuan-tujuan dan mencapainya dan pada umumnya organisasi semacam ini lebih produktif.

        Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif  mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke                depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang            heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan         sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah       mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.


C.     KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
                                Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah        menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa   yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin), pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan tanya). Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung kata pemimipin (leader). Bagaimana menjadi     pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku. Guru manajeman terkenal, Pete Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat: “pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata. Kepemimpinan Karismatik
                                Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan                 karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa               Yunani yang berarti “anugerah”) sebagai “suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau      kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-    kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang    bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai  seorang pemimpin.

D.   KEKUASAAN
                                Konsep kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan konsep kepemimpinan.    Dengan memberikan hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan,             Hersey,Blandchard dan Natemeyer merasakan bahwa para pemimpin seharusnya tidak hanya menilai perilakunya sendiri agar mereka dapat mengerti agaimana mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi juga mereka harus meniti posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaan.
                                Max Weber, kekuasaan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang actor di                      dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Walterd Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energy dan dana yang tersedia untuk mencapai  suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
                Sumber dan Bentuk Kekuasaan
                                French dan Raven, membagi atas lima sumber kekuasaan yakni kekuasaan paksaan,       kekuasaan keahlian, kekuasaan legitimasi, kekuasaan referensi, dan kekuasaan penghargaan.Pada usaha berikutnya Raven bersama Kruglanski menambahkan kekuasaan keenam yakni kekuasaan informasi. Selanjutnya Hersey dan Goldsmith mengusulkan kekuasaan yang ketujuh yakni kekuasaan hubungan.
 o   Kekuasaan paksaan (Coercive Power), kekuasaan ini berdasarkan pada rasa takut. Pemimpin yang  mempunyai kekuasaan jenis ini mempunyai kemampuan untuk mengenakan hukuman atau pemecatan.
 o   Kekuasaan legitimasi (Legitimate Power), kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar kekuasaan legitimasinya.               o   Kekuasaan keahlian (Expert Power), kekuasaan ini bersumber dari keahlian kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa hormat dan pengaruhnya terhadap orang lain.
 o   Kekuasaan penghargaan (Reward Power), kekuasaan ini bersumber atas kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain.
 o   Kekuasaan referensi (Referent Power), kekuasaan ini bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang pemimpin.
 o Kekuasaan informasi (Information Power), kekuasaan ini bersumber karena adanya akses informasi yang dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya.
 o   Kekuasaan hubungan (Connection Power), kekuasaan ini bersumber pada hubungan yang dijalin oleh pimpinan dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik diluar atau di dalam organisasi.


E. APLIKASI SUMBER-SUMBER KEKUASAAN PADA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
                                Kepemimpinan situasional dapat memberikan perlengkapan untuk memahami dampak                potensial dari setiap sumber kekuasaan tersebut. Sebagai seorang pemimpin yang efektif selain menerapkan berbagai gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kematangan para pengikut, ia pun seharusnya juga menerapkan berbagai bentuk dan sumber kekuasaan yang sesuai pada pengikut yang sama.



SUMBER ;

KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGELOLA ORGANISASI


KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGELOLA ORGANISASI

     Keberhasilan sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan seorang ketua atau kepala atau manajer atau apa pun namanya, yang memiliki keleluasaan dalam mengelola organisasi. Begitu pula dengan organisasi yang menangani dunia pendidikan (baca: organisasi sekolah). Keberhasilan sebuah sekolah sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolahnya, keberhasilan kelas sangat ditentukan oleh kepemimpinan guru kelas, dan keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kepemimpinan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Ya, kepala sekolah, guru kelas, dan guru mata pelajaran adalah pemimpin di dunia pendidikan.
     Tulisan ini akan membicarakan pentingnya seorang pemimpin pendidikan, peranannya, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan di bidang yang dipimpinnya. Tentu saja, kita harus menempatkan diri kita di dalam lingkungan kita masing-masing agar kita mendapatkan manfaat terbaik dari membaca tulisan ini. Bagi kepala sekolah atau guru kelas atau guru mata pelajaran tidak ada bedanya. Masing-masing punya tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan. Hanya, cakupannya saja yang berbeda. Memang tidak ada jaminan bahwa kalau pemimmpinnya baik organisasinya pasti baik. Pemimpin yang baik akan berfungsi dengan baik jika didukung oleh anggota yang baik. Begitu pula anggota yang baik akan berfungsi dengan baik jika dipimpin oleh pemimpin yang baik. Namun, siapa yang paling bertanggung jawab terhadap kebaikan organisasi? Tentunya seorang pemimpin, bukan? Adalah menjadi kewajiban seorang pemimpin untuk memotivasi, menginspirasi, mengajak, membujuk, bahkan mendidik agar orang-orang yang dipimpinnya itu menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik, sehingga tujuan organisasi tercapai. Ya, TUJUAN organisasi.     
     Keberhasilan sebuah organisasi bisa diukur dari ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan sesuai standar yang berlaku. Di sekolah, misalnya, ada kurikulum, ada standar-standar tertentu yang ditetapkan pemerintah, dan ada TARGET yang ingin dicapai. Itulah yang harus dipenuhi dan dicapai oleh sekolah di bawah kepemimpinan seorang kepala sekolah. Di kelas, guru menentukan target bersama murid-muridnya, bahwa kelas ini harus menguasai materi pelajaran minimal 80% bagi setiap siswa. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai target tersebut dengan mudah, dan karenanya dia menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk berhasilnya proses pembelajaran di kelasnya itu. Berikut adalah langkah-langkah penting yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin untuk bersama-sama anggota organisasi mencapai tujuan yang diinginkan:
o   Melakukan analisis kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan;
o   Mengenali potensi anggota organisasi;
o   Menyusun rencana kerja untuk mencapai tujuan;
o   Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan agar tujuan tercapai secara optimal;
o   Membagi tugas pencapaian tujuan organisasi kepada anggota organisasi (siapa melakukan apa), lengkap dengan deskripsi tugas yang jelas;
o   Memastikan bahwa tugas yang diberikan kepada anggota organisasi tersebut dilaksanakan dengan benar dan penuh rasa tanggung jawab;
o   Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas oleh anggota organisasi;
o   Memberikan penghargaan dan sanksi secara efektif. Memang ada banyak model kepemimpinan. Namun masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin adalah mengambil yang terbaik dari setiap model dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sesuai situasi yang dihadapi.



SUMBER ;

CIRI KEPEMIMPINAN YANG BAIK


CIRI KEPEMIMPINAN YANG BAIK

Jiwa kepemimpinan hebat,

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjULV8flCK85jWyEtJvlNLAXjE1eSgch_YRLz3edOm0NLtQui0VyMEDjQ3AzH56cdQvHe30LWCb6lheUCTrCgLzxHC9dfDmG2_eOGcTCWrOGjsJsMkAs4Ok8IvrMDOdP30T5Y0Go-LogM8/s320/kepemimpinan.jpgKata kepemimpinan ini sering kita dengar dan sering pula kita diberitahu maknanya , sadar atau tidak kita sudah ditakdirkan menjadi seorang pemimpin sedari kecil , masalahnya seberapa besar kita mampu menggali potensi itu dalam diri kita ?
     Cara kepeminan yang baik adalah jika seorang pemimpin mampu membuat dan menggali potensi orang yang dipimpinnya untuk sukses , ini adalah tolak ukur dari keberhasilan dalam memimpin sebuah kelompok baik kecil ataupun sekala besar , mulai dari keluarga , organisasi kecil , perusahaan hingga Negara.
     Dari ulasan kecil diatas muncullah sebuah pertanyaan , Bagaimana Menjadi Pemimpin yang baik dan Hebat ? yang perlu kita ketahui Pemimpin itu derbagi dua type yaitu :
1. Manager 
2. Leader 

PENJELASAN MANAGER DAN LEADER
1.      Manager
   Biasanya tipe pemimpin sepertiini dibentuk secara akademik , melihat contoh dan melalui proses bimbingan. Biasanya seorang pemimpin yang berjiwa Manager selalu " KAKU " dalam menjalankan proses kepemimpinannya , dia selalu mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan tegas dengan sedikit bumbu otoritas dalam memimpin . Gaya memimpin seperti ini biasanya selalu benturan dengan keinginan bawahannya kalaupun dilakukan beberapa mesti dengan merasa terpaksa karena takut disalahkan oleh sang manager . Type ini sesekali sangat berguna dalam menjalankan aturan perusahaan yang bergerak dalam bidang tunggal bukan multi departement , karena didalam sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis penjualan terkadang harus berbentur dengan kepentingan depertemen lain yang selalu bertolak belakang tujuan , kita umpamakan depertemen Penjualan dan Service , bukan cerita baru kedua departemen ini selalu berbenturan kepentingan. Artinya pemimpin dan yang dipimpin belum tentu satu hati dan tujuan !!

2.      Leader 
   Kepemimpinan seperti ini tercipta sedari lahir , aura kepemimpimamnya terbentuk dan terlihat jelas diantara kelompoknya . Kita sering kali melihat dan menyaksikan dalam sebuah kelompok anak anak bermain dimana akan ada seorang atau beberapa anak lainnya sering dijadikan contoh tidak resmi dan dijadikan pemimpin secara alami dan menjadi pusat pertanyaan pula dari kelompok bermain itu , ini artinya anak yang menjadi pusat peran dalam kelompok bermain itu mempunyai aura leadership tanpa disadarinya .
   Leadership adalah sebuah sifat kepemimpinan yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya dan orang yang dipimpin secara suka rela bergabung dalam kepemimpinannya karena merasa bahwa Leader itu adalah sosok yang kharismatik simpatik dan entah apa lagi namanya sehingga apapun yang disuruh sang Leader si pengikut dengan senang hati melaksanakannya walau kadang beresiko tinggi .
kita lihat contoh seorang yang berjiwa Leadership , dalam sejarah kita kenal Ali Bin Abu Tholib , Usman Bin Affan , Hitler . Gus Dur , Sultan Syarif Qasim , Diponegoro , Wali Songo dll.
   Mengapa mereka ? kita lihat Gaya memimpin mereka , entah apapun itu namanya dalam setiap perintah yang didelegasikan ke kelompok nya maka dengan segenap jiwaraga pula dilaksanakan oleh pengikutnya , mengherankan memang mengapa dia begitu dipatuhi tanpa kita tahu apa sebabnya yang mengikuti rela melakukan perintah dengan senang dan bangga hati ?? jawabannya adalah hati dan tujuan serta misi mereka sudah satu !! inilah yang kita sebut Leadership !! Lalu Bagaimana menjadi seorang PEMIMPIN YANG BAIK DAN  HEBAT ?? mengetahui dua type kepemimpinan diatas kita tahu untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat kita  harus menjelaskan tujuan kepemimpinan kita , cara dan bagaimana bersama sama dengan team mencapai semua itu mengetahui aturan yang dilalui serta menjelaskan hasil dari kerjakeras kita bersama team dengan baik .
   Menggabungkan Dua Type kepemimpinan diatas adalah cara yang benar dalam memjalankan proses kepemimpinan , seorang manager tidaklah bagus tanpa berjiwa Manager dan sebaliknya seorang Leader tidakjuga bagus tanpa berjiwa Manager , karena Leader yang berasal dari lahir akan menjadi hebat jika dia mengikuti aturan aturan jelas , sangat berbahaya jika seorang leader ditak tahu aturan dan menggiring orang yg dipimpinnya kearah yang salah , dan contoh itu banyak terjadi disekeliling kita

           Apa yang harus diperbuat untuk menjadi pemimpin yang            Hebat ?
           Berikut adalah ciri kepemimpinan yang baik: 
Mempunyai sifat Leadership
Penting , karena seorang pemimpin harus berjiwa Leadership untuk diikuti oleh bawahannya ini penting agar sebuah badan atau organisasi mempunyai sosok yang disegani dipatuhi dan menjadi tempat yang baik untuk bernaung.

Menguasai ilmu managerial
Secara teori dan akademik sangat penting untuk seorang pemimpin , jika tidak menguasai ilmu managerial maka akan hancur pula yg dipimpinnya , karena tak ada aturan dan kerangka yang jelas dalam menjalanjan roda kepemimpinan.

Mampu bertanggung jawab 
Bertanggung jawab atas apa yang terjadi selama kepemimpinan adalah suatu yang harus karena seorang pemimpin bertanggung jawab penuh tentang apa yang dipimpinnya termasuk segala sesuatu masalah yang ada di dalam proses kepemimpinannya.

Religi
Hal ini mutlak karena seorang pemimpin harus terikat dengan norma agama karena norma agama mampu membentuk seorang pemimpin menjadi jujur dan bersih.

Menguasai arah dan tujuan organisasi atau badan yang dipimpin
Seorang pemimpin harus tahu arah orgasisasi atau badan yang dipimpinnya , Misi sebuah badan mutlak harus ada sebagai acuan untuk perkembangan.

Mampu menarik hati bawahannya dan mendapatkan kepercayaan dari bawahannya
Untuk yang satu ini adanya pada diri seorang Leader , kita harus mampu menyentuh hati bawahan bukan membuat mereka takut akan kita , perlu diingat bahwa orang dikenang bukan karena dia seorang manager yang baik , tapi dia dikenang secara positif sebagai seorang leader yang berjiwa manager

Mampu menerima kritikan dan masukan dari bawahan
Untuk yang satu ini kita harus berjiwa besar dan menerima pengetahuan dan koreksi dari orang yang kita pimpin , ingat !! seorang pemimpin bukanlah orang yang tahu segalanya , seorang pemimpin yang hebat itu tahu bagaimana mengumpulkan kehebatan dan kelebihan bawahannya menjadi sebuah rumusan dan terobosan baru untuk sebuah kemajuan .

Membuka ruang diskusi
Sebuah permasalahan tidaklah mudah untuk diputuskan sendiri , bukalah ruang diskusi kepada bawahan yang dinilai bermasalah dan carilah jalan keluar yang baik , advice seorang pemimpin sangat dibutuhkan oleh bawahan karena mau tidak mau kita sudah dianggap yang "tertua" dalam kelompok kita . Dengan membuka ruang diskusi ini kedekatan emosional dalam kaedah kelompok akan lebih erat dan solid , tetapi jangan terjebak dengan kedekatan personal emosional karena akan memberi efek tidak baik dalam sebuah keputusan dan cenderung menimbulkan rasa "iri" dari yang lain yang berujung makin melonggarnya kekompakan kelompok.



SUMBER ;

PERILAKU PRODUSEN


PERILAKU PRODUSEN
 A.  PRODUSEN DAN FUNGSI PRODUSEN
          Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan kegunaan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan. Dan orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual atau dipasarkan disebut produsen. Untuk dapat melakukan kegiatan produksi, seorang produsen membutuhkan  faktor – faktor produksi. Terdapat dua macam faktor produksi yaitu faktor produksi asli dan faktor produksi turunan.
1.    Faktor produksi asli
Yang termasuk faktor produksi asli antara lain sebagai berikut :
·         Alam. Contohnya : tanah, air, udara, sinar matahari, tumbuh – tumbuhan, hewan, barang tambang.
·         Tenaga kerja. Tanpa adanya tenaga kerja, sumber daya alam yang tersedia tidak akan dapat dirubah atau diolah menjadi barang hasil produksi.
2.    Faktor produksi turunan
Yang termasuk faktor produksi turunan adalah modal dan keahlian.
3.    Fungsi Produksi
                             Fungsi produksi merupakan interaksi antara masukan (input) dengan            keluaran (output). Misalkan kita memproduksi jeans. Dalam fungsi produksi,              jeans itu bisa diproduksi dengan berbagai macam cara. Kalau salah satu                       komposisinya diubah begitu saja, maka hasilnya juga akan berubah. Namun,                 output dapat tetap sama bila perubahan satu komposisi diganti dengan                              komposisi yang lain. Misalnya penurunan jumlah mesin diganti dengan                              penambahan tenaga kerja. Secara matematis, fungsi produksi dapat ditulis             sebagai berikut :
                   Q = f(L, R, C, T)
                   Dimana :
                   Q         = jumlah barang yang dihasilkan (quantity)
                   F          = symbol persamaan (function)
                   L          = tenaga kerja (labour)
                   R         = kekayaan alam (resources)
                   C         = modal (capital)
                   T         = teknologi (technology)
 B.  PERILAKU PRODUSEN
                   Sebuah usaha produksi baru bisa bekerja dengan baik bila dijalankan oleh      produsen atau yang sering kita sebut pengusaha. Pengusaha adalah orang yang         mencari peluang yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk    merencanakan dan mengelola suatu bisnis.
                   Pengusaha berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer. Bila hanya memiliki sebuah usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu         barulah sebatas pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan   menggunakan sumber daya perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut     sebagai manajer. Pengusaha lebih dari keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan   perusahaan yang menguntungkan, mencari dan mengelola sumber daya untuk       memulai suatu bisnis.
          Agar berhasil seorang pengusaha harus mampu melakukan 4 hal sebagai berikut :
a)    Perencanaan. Perencanaan antara lain terkait dengan penyusunan strategi, rencana bisnis, serta visi perusahaan. Ia harus tau apa yang ingin ia capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.

b)    Pengorganisasian. Semua sumber daya yang ada harus bisa ia kelola untuk mencapai tujuan perusahaannya, baik sumber daya, modal, maupun manusia.

c)    Pengarahan. Agar rencana bisa terwujud, pengusaha wajib mengarahkan dan membimbing anak buahnya.

d)    Pengendalian. Kemampuan ini ada hubungannya dengan bagaimana hasil pelaksanaan kerja tersebut. Apakah sesuai dengan rencana atau justru sebaliknya.



 C.  PRODUKSI OPTIMAL
                   Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan faKtor produksi untuk memproduksi output tertentu, posisi optimal ini dicapai dimana tidak          dimungkinkan untuk meningkatkan output tanpa mengurangi produksi output yang   lain.


 D.  TINGKAT PRODUKSI OPTIMAL
          Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantitiy (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapatdicapai apabila besarnya biaya
persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimum. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biayapersediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
          Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan.Metode EPQ menggunakan asumsi sbb :
1.    barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2.    selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3.    selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.


 E.  PENENTUAN VOLUME PRODUKSI YAN G OPTIMAL
                   Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya       memperhatikan biaya variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada      prinsipnya dapat digolongkan sbb :
1.    Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan                proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
2.    Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
                   Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara        langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan      semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi.Biaya yang termasuk        sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
1.    Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2.    Biaya modal (opportunity cost of capital)
3.    Biaya keusangan
4.    Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
5.    Biaya asuransi persediaan
6.    Biaya pajak persediaan
7.    Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
8.    Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.


SUMBER :